Kamis, 11 Desember 2014

Cerpen


SERIES 2
Nunggu ya,,,,,ini ni kelanjutannya. Happy enjoy the story J
                Dengan berat hati sepulang dari sekolah Ali langsung makan dan beranjak untuk mengambil sepedanya untuk bertemu coach Rahardi pelatih SSB Bintang Bogor. Namun belum sempat ia berangkat ibu memanggilnya.
“ Mau latihan kok gak bawa baju kebesarannya, apa kamu mau bilang ke coach untuk mengundurkan diri”, celetuk ibu dengan nada sinis
“aku mau berhenti”
“ Memang seharusnya kamu berhenti Ali. Kamu sudah cukup menyusahkan ayahmu”
“ Sudah lah bu yang penting aku sudah memutuskan untuk berhenti”
                Beberapa menit kemudian Ali sudah berada di pinggir lapangan. Entah kekuatan apa yang membuat Ali secepat itu sampai di tempat latihan. Semua mata tertuju ke arahnya. Beberapa anak yang sedang loncat-loncat ringan menghampirinya. Dia adalah Rio, Sidiq dan Fahri.
“ Eh kok gak pake baju latihan Li”, ucap Fahri
“ Di marah coach nanti kalau ketahuan”, Rio menimpali
“ Ali sampai disini, makasih kalian bertiga udah mau berteman sama Ali. Cuma kalian yang peduli sama Ali. Ali titip mimpi ya sama kalian. Kalian harus jadi pemain sepakbola yang hebat. Kalian mampu”, ucap Ali sembari menepuk pundak ketiga sahabatnya.
“ Kamu gak boleh berhenti Li, kamu lebih berbakat dari kami bahkan se SSB ini kamu lah yang harus sukses karena kamulah yang paling berjuang dan memiliki mimpi mulia”, ucap Sidiq berlinangan air mata
“ Kalau masalah biaya kami bisa bantu, kami bisa pinjamin duit ke orangtua kami Li”, Rio kembali meyakinkan Ali
Ali hanya menggelengkan kepalanya
“ Kalian sudah sering melakukan itu, bahkan uang yang kalian pinjamkan belum lunas”
“ Kalau begitu saya yang akan bertindak”, Coach Rahardi tiba-tiba datang dari belakang bergabung dengan Ali dan sahabatnya.
“ Kamu tidak perlu berhenti Ali, saya,,,saya akan membantu kamu menuju lapangan impian kamu. Saya sangat simpatik mendengar ceritamu dari Fahri. Saya tahu kamu ingin sekali bermain di GBK Ali. Saya akan membantu, saya janji”.
“ Tapi,,,,,”, belum sempat Ali melanjutkan kata-katanya coach Rahadi sudah memotongnya
“ Sudah kamu hanya perlu meyakinkan mimpimu insyaallah Tuhan akan memanjangkan tangannya melalui saya”
“ Terima Kasih coach”, ucap Ali seraya mencium tangan coach Rahadi
“ Sekarang kamu pulang ambil bajumu”
Di ruang makan
“ Tumben makannya banyak kak Ali”, seketika suasanan menjadi riuh sekali Anya, ayah dan ibu semua memandang ke arah Ali yang spontan menghentikan menyendok nasinya
“ Kak Ali lagi senang Dek”, jawab Ali
“ Seneng kenapa Li, gak cerita sama bapak sama ibu. Kalo seneng ndak boleh di simpan sendiri toh “
“ Bapak udah bisa nebak ini “
“ Ali bebas bulanan SSB pak, bu “
“ Ah itu kabar biasa “, ibu menimpali
“ Kok bisa, berarti bapak bisa istirahat kerja sebentar kalo gitu”
“ Coach Rahardi yang bakalan nanggung semuanya pak, katanya Ali hanya perlu serius latihan. Oh ya yah, sepatu Ali sudah rusak “
“ Heh sudah kita gak jadi makan nanti Li, sepatu bola itu mahal. Bisa makan saja kita wes untung “
“ Yo gak apa-apa bu. Ali gak usah dipikirin sepatunya, nanti biar bapak pikirkan “
Merekapun melanjutkan makan malam. Makan malam yang begitu nikmat bagi Ali dan ayahnya.
*******
                Hari ini seperti biasa Ali latihan sore di lapangan SSB Bintang Bogor. Seluruh anak begitu bersemangat berlatih karena sebelum berlatih tadi coach Rahardi akan mengumumkan bahwa sebentar lagi akan ada seleksi untuk TIMNAS Usia 16. Namun saat sedang serius berlatih tiba-tiba ada yang meneriakkan nama Ali. Ali yang kaget langsung menoleh dan berlari menuju ke sumber suara. Ternyata itu adalah Pak Salim teman kerja Pak Agus ayah Ali.
                “ Ada apa pak “, seru Ali dengan rasa khawatir
                “ Bapakmu tadi pingsan, tapi sekarang sudah di bawa ke PUSKESMAS desa Li dan,,,,”
Belum sempat Pak Salim melanjutkan kata-katanya Ali sudah berlari menyambar sepedanya tanpa berpamitan dengan coach Rahardi. Dengan kekuatan penuh Ali mengayuh sepedanya, batinnya terus bertanya-tanya dalam hati “ cobaan apa lagi ini Tuhan?”
                “ Bapak gak papa Li, bapak tadi Cuma lupa buat sarapan”
                “ Bapakmu emang gitu, kalo diengetin sarapan nyepelekan ibu. Sekarang gejala mag kan”
                “ Nanti yo sembuh sendiri Li. Kamu kok gak latihan?”
                “ Ali takut “
“ Kamu gak usah takut, bapakmu kuat. Bapak ndak akan meninggal sebelum melihat kamu jadi pemain sepakbola yang hebat”
Ali tak henti-hentinya memegang tangan ayahnya yang mulai keriput. Tangan yang dahulu kekar, yang menjewer telinganya saat lupa untuk solat karena asyik main bola dilapangan desa. Namun, kini tak hanya tangan ayah yang mulai keriput, wajah yang dahulunya segar kini telah berubah menjadi berkerut. Tekad Ali menjadi semakin bulat untuk menjadi pemain sepakbola agar ayahnya dapat beristirahat di rumah dan meninggalkan pekerjaan serabutannya yang penghasilannya tak seberapa.
********
                Tak terasa tes seleksi  Tim Nasional sudah berlalu dan hari ini Coach Murdi Utomo head coach pencarian TIMNAS U16 sekaligus sebagai pelatih utama nantinya kembali datang ke SSB Bintang Bogor untuk mengumumkan siapa yang dapat mengikuti seleksi selanjutnya ke Tangerang.
                Suara tepuk tangan dan sorak sorai berselingan saat Ali satu-satunya yang terpilih mengikuti tahap seleksi kedua. Walaupun beberapa anak SSB yang menggunjing Ali dan menganggap kalau Ali hanyalah anak orang yang tidak mampu dan tidak berhak untuk masuk Timnas.
“ Saya sangat bangga padamu Li, akhirnya anak SSB Bintang Bogor ada yang bisa masuk Tim Nasional. Saya tidak salah membantu kamu Li”
“ Ini semua tidak terlepas dari usaha coach. Ali gak bakalan lupa. Doakan Ali agar bisa lolos seleksi tahap kedua dan bisa mengharumkan nama bangsa ini”
“ Tentu Nak. Kamu tidak lupa dengan mimpi ayahmu kan?”, tanya coach dengan nada bergurau
“kita akan berteriak bersama.  Satu, dua, tiga” ajak Ali
“ LAPANGAN IMPIAN “, dan ternyata tak hanya Ali dan coach Rahardi, tapi semua anak SSB ikut berteriak tak ketinggalan Sidiq, Rio, dan Fahri yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan coach Rahardi dan Ali di tepi bukit. Sore yang sangat indah, seindah suasana hati Ali karena mimpinya yang semakin dekat di depan mata.
Bagaimanakah perasaan ayah Ali dan apakah Ali lolos tahap seleksi kedua dan masuk Skuad Tim Nasional Usia 16. Tunggu kelanjutanya di SERIES 3





1 komentar: