Lapangan Impian
SERIES 3
Ali tidak
sabar untuk memberitahukan kabar gembira itu pada ayahnya, saat itu juga ia
tidak langsung pulang ke rumah tapi menyusul ayahnya ke kebun teh.
“ loh ngapain kamu disini Li “, tanya bapak yang kaget saat
Ali lari tergopoh-gopoh ke arahnya
“ Bapak,,,(dengan napas tersengal sengal) Ali..Ali lolos
seleksi TIMNAS tahap satu”
Seketika keranjang yang ada di di bahu pak Agus terjatuh.
Air matanya pun jatuh saat ia menepuk-nepuk bahu Ali.
******
Hari
ini Ali bersiap-siap berangkat ke Tangerang dengan diantarkan oleh coach
Rahardi. Pagi ini ia menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan. Namun,
hatinya sangat bersedih dan gundah saat melihat sepatu lusuh yang tergantung di
pintu kamarnya. Memang ayahnya pernah menjanjikan akan dibelikan sepatu baru
namun melihat keadaan ekonomi keluarganya ia tak berani untuk menagih.
Dari
pagi sampai adzan zuhur berkumandang pak Agus tak juga tampak. Sehingga bu
Muslimah ibunya Ali bingung mencari-cari dan sangat khawatir. Ali juga merasa
bingung harus mencari kemana padahal jam dua siang nanti dia akan berangkat ke
Tangerang. Tapi tak berapa lama ayah Ali datang dengan kotak ditangannya. Pak
Agus pun menyuruh Ali untuk membukanya. Dengan perasaan heran perlahan-lahan
Ali membuka kotak tersebut. Dengan tatapan kosong Ali menatap isi kotak itu dan
membayangkan betapa ayahnya harus pergi pagi pulang malam untuk mendapatkannya.
“ wah
Ali sepatu baru ya “, puji coach Rahardi yang baru saja tiba di rumah Ali
“
alhamdulilah pak, saya ada sedikit rezeki lebih”, jawab pak Agus
“ lebih apanya toh “, jawab bu Muslimah dengan
nada kesal
“ loh buk jangan salah, sebentar
lagi Ali bakalan ngasilin duit banyak kalo masuk Tim Nasional”, jawab coach
Rahardi
“ Ali kamu yakin nak nau
berangkat, gimana sekolahmu?”, tanya ibu Ali
“ Kan nanti Ali bisa homeschooling
bu”, jawab Ali
Bu Muslimah mencoba mengerti keinginan anaknya kali ini,
karena ia tahu Ali sudah ditengah jalan. Dan entah mengapa Ali merasa berat
hati untuk pergi apalagi saat melihat ayahnya yang mulai tua dimakan usia dan
ibunya yang berkali-kali mengusap matanya serta Anya yang terus memegang tangan
Ali. Walau ia tahu bahwa kepergiannya adalah untuk kembali, kembali
membahagiakan orangtua dan adiknya.
Dengan
keyakinan yang kuat dan tekad yang bulat Ali melangkahkan kaki meninggalkan
desa tercintanya yang ada di tengah-tengah indahnya alam bogor. Setapak-demi
setapak Ali melangkahkan kakinya dan melihat sepatu biru pembelian ayahnya
sepatu baru pertamanya, Ali berdoa dalam hati “ bismillah ya Allah ridhoi lah
hamba untuk menebus mimpi hamba dan ayah hamba bermain di lapangan impian”.
******
Hari
ini adalah training center pertama di sebuah lapangan yang sederhana di
Tangerang atau yang biasa disebut dengan
TC. Ali adalah peserta seleksi yang paling dahulu berada di lapangan padahal
latihan akan dimulai satu jam lagi yaitu pada pukul 09.00. Coach Murdi yang tak
sengaja lewat tertarik melihat anak yang sudah bersiap-siap untuk latihan.
“ kelihatannya kamu terlalu
semangat”, ucap coach Murdi tiba-tiba dan membuat Ali yang sedang melamunkan
keluarganya”
“ eh coach bisa aja, saya cuma
gak sabar gimana rasanya dilatih coach Murdi Utomo yang notabene adalah mantan
striker hebat Semen Padang”
“ wah sepertinya kamu dan coach
Rahardi sering ngerumpiin saya Li(sambil tertawa), namamu Ali kan?”
Ali hanya mengangguk sambil
tersenyum sopan. Kerinduan pada ayahnya semakin terasa karena coach Murdi yang
mirip dengan ayahnya.
“ bercanda kok. Coachmu itu
memang teman saya waktu masih di Timnas Senior tapi kami beda klub, kalo tidak
salah dia di PSIS Semarang. Saya ajak ke Padang gak mau, lebih milih tanah
kelahiran katanya, wong jowo haha”
Tak terasa 15 menit lagi adalah jam latihan
Peserta seleksi
yang berjumlah 35 orang sudah berkumpul
di lapangan. Coach Murdi pun mengajak Ali untuk menuju lapangan karena sebelum
latihan coach Murdi akan memberikan pengarahan terlebih dahulu.
“ Assalamualaikum wr.wb calon pemain sepakbola yang hebat,
hari ini hari Senin hari pertama kita TC di Tangerang. Saya harap kalian semua
bisa mengikuti dengan baik. Nantinya dalam TC ini akan ada laga-laga uji coba,
dilaga uji coba inilah saya akan mengambil 23 pemain terbaik. Jadi, do the best
as you can”. Belum lagi Coach Murdi melanjutkan kata-katanya Pepep yang berasal
dari Bengkulu mengacungkan tangannya.
“ Ya ada apa Pepep, dari Bengkulu ya. Saya dari Padang,
dekat kan?”, jawab coach Murdi dengan nada bercanda
“ benar coach. Kapan-kapan kita bisa ke Sumatra
bareng-bareng (yang membuat seluruh peserta tertawa termasuk Ali”
“Kau ini ada-ada saja Pepep belum latihan sudah ajak coach
pulang hahaha”, ejek Pace yang berasal dari Papua
“Eh apalah kau ko Pace. Badan sudah hitam ngejek pulo
hahaha”
“Eee sudah-sudah Pepep kau mau tanya apa”, potong Coach
Murdi dengan logat Padangnya yang khas
“Bagaimana sayo malu nak nanyo. Apa ujicobanya di Gelora
Bung Karno coach?. Saya nak pamer foto disitu dengan orang kampong saya”,
seketika membuat Ali kaget karena ada juga yang begitu ingin bermain GBK.
“ ya tentu tapi kalo kali sudah jadi skuad Tim Nasional U16
karena pertandingan pra piala AFF U16 akan diadakan di GBK, kalo sekedar
ujicoba itu jawab coach Murdi yang
membuat Pepep dan juga Ali kecewa”.
******
“ Yak inilah hasil
akhir friendly match antara Tim Nasional usia 16 melawan Persija Usia 19 1:2,
yang mana 1 gol dihasilkan oleh Ahmad Hayu sang kapten Timnas U16 dan gol ke
gawang Timnas oleh Aji Saka dan Muhnir PERSIJA U19”.
Seusai
pertandingan Ali mendapat telpon dari Ayahnya. Pak Agus tetap memberikan
semangat pada Ali karena pak Agus tahu persaan kecewa Ali karena sebagai
striker beberapa kali ia gagal memasukkan bola ke gawamg PERSIJA.
Dan
karena semangat dan dorongan itulah Ali menjadi top scor dalam laga ujicoba
selanjutnya melawan klub-klub Indonesia. Dan akhirnya Ali termasuk 23 pemain
terbaik yang menjadi skuad Tim Nasional.
******
Akhirnya
mimpi Ali terwujud, malam ini Ali dengan khidmat menyanyikan lagu Indonesia
Raya di lapangan impian dalam pertandingan kualifikasi piala AFF U16. Namun, Ali kehilangan konsentrasinya karena tak melihat di kursi penonton
keluarganya. Ia hanya melihat coach Rahardi yang terus mengepalkan tangannya memberikan
semangat. Walau dengan konsentrasi yang kurang Ali tetap bisa memasukkan bola
ke gawang Malaysia. Dengan satu gol itulah yang mampu membuat Ali bermain
dengan mimpi yang besar. Kini tercapailah sudah semuanya. Pertandingan berakhir
dengan skor Indonesia 3-1 Malaysia. Dimana 2 gol Indonesia dihasilkan oleh Ali
dan 1 dari Hayu .
Setelah
bermain coach Murdi memberikan selamat kepada anak-anak. Perasaan gelisah terus
menyelimuti hati Ali. Sampai-sampai ia tak tahu kalau coach Murdi sudah pergi.
Dan ia kaget saat coach Aldi asisten pelatih memanggilnya dan menyuruh Ali
segera menghadap coach Murdi.
“Selamat
Ali atas gol-gol indahmu”
“Terima
kasih coach, tapi rasanya kurang tanpa kehadiran bapak, ibu, dan adik saya”
“Nanti
Aldi bakalan ngantar kamu pulang”
“loh kok pulang coach?, bukannya
dua hari lagi kita akan bertanding dengan Timor Leste?”, tanya Ali dengan penuh
keheranan
“Sudah sana siap-siap”
Tepat pukul 00:00 Ali sampai di
rumahnya.
Terjawablah sudah semua tanda tanya dikepalanya kenapa
keluarganya tak datang pada saat momen penting dalam hidupnya dan coach Murdi
Utomo yang tiba-tiba menyuruhnya pulang. Ali tak kuasa menahan air matanya saat
melihat tubuh kekar yang bagai malaikat dalam hidupnya terbujur kaku di ruang
tamu terbungkus kain kafan. Bahkan ia tak merasakan lagi bahwa ia sedang
berpijak di bumi.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah Ali tetap mengikuti pertandingan selanjutnya
sementara ayahnya meninggal dan tak ada yang menjadi tulang punggung keluarga?
Nantikan kisah selanjutnya di Lapangan Impian SERIES 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar