Senin, 15 Desember 2014

cerpen


Lapangan Impian SERIES 3
                Ali tidak sabar untuk memberitahukan kabar gembira itu pada ayahnya, saat itu juga ia tidak langsung pulang ke rumah tapi menyusul ayahnya ke kebun teh.
“ loh ngapain kamu disini Li “, tanya bapak yang kaget saat Ali lari tergopoh-gopoh ke arahnya
“ Bapak,,,(dengan napas tersengal sengal) Ali..Ali lolos seleksi TIMNAS tahap satu”
Seketika keranjang yang ada di di bahu pak Agus terjatuh. Air matanya pun jatuh saat ia menepuk-nepuk bahu Ali.
******
                Hari ini Ali bersiap-siap berangkat ke Tangerang dengan diantarkan oleh coach Rahardi. Pagi ini ia menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan. Namun, hatinya sangat bersedih dan gundah saat melihat sepatu lusuh yang tergantung di pintu kamarnya. Memang ayahnya pernah menjanjikan akan dibelikan sepatu baru namun melihat keadaan ekonomi keluarganya ia tak berani untuk menagih.
                Dari pagi sampai adzan zuhur berkumandang pak Agus tak juga tampak. Sehingga bu Muslimah ibunya Ali bingung mencari-cari dan sangat khawatir. Ali juga merasa bingung harus mencari kemana padahal jam dua siang nanti dia akan berangkat ke Tangerang. Tapi tak berapa lama ayah Ali datang dengan kotak ditangannya. Pak Agus pun menyuruh Ali untuk membukanya. Dengan perasaan heran perlahan-lahan Ali membuka kotak tersebut. Dengan tatapan kosong Ali menatap isi kotak itu dan membayangkan betapa ayahnya harus pergi pagi pulang malam untuk mendapatkannya.
                “ wah Ali sepatu baru ya “, puji coach Rahardi yang baru saja tiba di rumah Ali
                “ alhamdulilah pak, saya ada sedikit rezeki lebih”, jawab pak Agus
                  lebih apanya toh “, jawab bu Muslimah dengan nada kesal
“ loh buk jangan salah, sebentar lagi Ali bakalan ngasilin duit banyak kalo masuk Tim Nasional”, jawab coach Rahardi
“ Ali kamu yakin nak nau berangkat, gimana sekolahmu?”, tanya ibu Ali
“ Kan nanti Ali bisa homeschooling bu”, jawab Ali
Bu Muslimah mencoba mengerti keinginan anaknya kali ini, karena ia tahu Ali sudah ditengah jalan. Dan entah mengapa Ali merasa berat hati untuk pergi apalagi saat melihat ayahnya yang mulai tua dimakan usia dan ibunya yang berkali-kali mengusap matanya serta Anya yang terus memegang tangan Ali. Walau ia tahu bahwa kepergiannya adalah untuk kembali, kembali membahagiakan orangtua dan adiknya.
                Dengan keyakinan yang kuat dan tekad yang bulat Ali melangkahkan kaki meninggalkan desa tercintanya yang ada di tengah-tengah indahnya alam bogor. Setapak-demi setapak Ali melangkahkan kakinya dan melihat sepatu biru pembelian ayahnya sepatu baru pertamanya, Ali berdoa dalam hati “ bismillah ya Allah ridhoi lah hamba untuk menebus mimpi hamba dan ayah hamba bermain di lapangan impian”.
******
                Hari ini adalah training center pertama di sebuah lapangan yang sederhana di Tangerang  atau yang biasa disebut dengan TC. Ali adalah peserta seleksi yang paling dahulu berada di lapangan padahal latihan akan dimulai satu jam lagi yaitu pada pukul 09.00. Coach Murdi yang tak sengaja lewat tertarik melihat anak yang sudah bersiap-siap untuk latihan.
“ kelihatannya kamu terlalu semangat”, ucap coach Murdi tiba-tiba dan membuat Ali yang sedang melamunkan keluarganya”
“ eh coach bisa aja, saya cuma gak sabar gimana rasanya dilatih coach Murdi Utomo yang notabene adalah mantan striker hebat Semen Padang”
“ wah sepertinya kamu dan coach Rahardi sering ngerumpiin saya Li(sambil tertawa), namamu Ali kan?”
Ali hanya mengangguk sambil tersenyum sopan. Kerinduan pada ayahnya semakin terasa karena coach Murdi yang mirip dengan ayahnya.
“ bercanda kok. Coachmu itu memang teman saya waktu masih di Timnas Senior tapi kami beda klub, kalo tidak salah dia di PSIS Semarang. Saya ajak ke Padang gak mau, lebih milih tanah kelahiran katanya, wong jowo haha”
 Tak terasa 15 menit lagi adalah jam latihan
Peserta seleksi  yang    berjumlah 35 orang sudah berkumpul di lapangan. Coach Murdi pun mengajak Ali untuk menuju lapangan karena sebelum latihan coach Murdi akan memberikan pengarahan terlebih dahulu.
“ Assalamualaikum wr.wb calon pemain sepakbola yang hebat, hari ini hari Senin hari pertama kita TC di Tangerang. Saya harap kalian semua bisa mengikuti dengan baik. Nantinya dalam TC ini akan ada laga-laga uji coba, dilaga uji coba inilah saya akan mengambil 23 pemain terbaik. Jadi, do the best as you can”. Belum lagi Coach Murdi melanjutkan kata-katanya Pepep yang berasal dari Bengkulu mengacungkan tangannya.
“ Ya ada apa Pepep, dari Bengkulu ya. Saya dari Padang, dekat kan?”, jawab coach Murdi dengan nada bercanda
“ benar coach. Kapan-kapan kita bisa ke Sumatra bareng-bareng (yang membuat seluruh peserta tertawa termasuk Ali”
“Kau ini ada-ada saja Pepep belum latihan sudah ajak coach pulang hahaha”, ejek Pace yang berasal dari Papua
“Eh apalah kau ko Pace. Badan sudah hitam ngejek pulo hahaha”
“Eee sudah-sudah Pepep kau mau tanya apa”, potong Coach Murdi dengan logat Padangnya yang khas
“Bagaimana sayo malu nak nanyo. Apa ujicobanya di Gelora Bung Karno coach?. Saya nak pamer foto disitu dengan orang kampong saya”, seketika membuat Ali kaget karena ada juga yang begitu ingin bermain GBK.
“ ya tentu tapi kalo kali sudah jadi skuad Tim Nasional U16 karena pertandingan pra piala AFF U16 akan diadakan di GBK, kalo sekedar ujicoba itu  jawab coach Murdi yang membuat Pepep dan juga Ali kecewa”.
******
“ Yak  inilah hasil akhir friendly match antara Tim Nasional usia 16 melawan Persija Usia 19 1:2, yang mana 1 gol dihasilkan oleh Ahmad Hayu sang kapten Timnas U16 dan gol ke gawang Timnas oleh Aji Saka dan Muhnir PERSIJA U19”.
                Seusai pertandingan Ali mendapat telpon dari Ayahnya. Pak Agus tetap memberikan semangat pada Ali karena pak Agus tahu persaan kecewa Ali karena sebagai striker beberapa kali ia gagal memasukkan bola ke gawamg PERSIJA.
                Dan karena semangat dan dorongan itulah Ali menjadi top scor dalam laga ujicoba selanjutnya melawan klub-klub Indonesia. Dan akhirnya Ali termasuk 23 pemain terbaik yang menjadi skuad Tim Nasional.
******
                Akhirnya mimpi Ali terwujud, malam ini Ali dengan khidmat menyanyikan lagu Indonesia Raya di lapangan impian dalam pertandingan kualifikasi piala AFF U16. Namun, Ali kehilangan konsentrasinya karena tak melihat di kursi penonton keluarganya. Ia hanya melihat coach Rahardi yang terus mengepalkan tangannya memberikan semangat. Walau dengan konsentrasi yang kurang Ali tetap bisa memasukkan bola ke gawang Malaysia. Dengan satu gol itulah yang mampu membuat Ali bermain dengan mimpi yang besar. Kini tercapailah sudah semuanya. Pertandingan berakhir dengan skor Indonesia 3-1 Malaysia. Dimana 2 gol Indonesia dihasilkan oleh Ali dan 1 dari Hayu .
                Setelah bermain coach Murdi memberikan selamat kepada anak-anak. Perasaan gelisah terus menyelimuti hati Ali. Sampai-sampai ia tak tahu kalau coach Murdi sudah pergi. Dan ia kaget saat coach Aldi asisten pelatih memanggilnya dan menyuruh Ali segera menghadap coach Murdi.
                “Selamat Ali atas gol-gol indahmu”
                “Terima kasih coach, tapi rasanya kurang tanpa kehadiran bapak, ibu, dan adik saya”
                “Nanti Aldi bakalan ngantar kamu pulang”
“loh kok pulang coach?, bukannya dua hari lagi kita akan bertanding dengan Timor Leste?”, tanya Ali dengan penuh keheranan
“Sudah sana siap-siap”
Tepat pukul 00:00 Ali sampai di rumahnya.
Terjawablah sudah semua tanda tanya dikepalanya kenapa keluarganya tak datang pada saat momen penting dalam hidupnya dan coach Murdi Utomo yang tiba-tiba menyuruhnya pulang. Ali tak kuasa menahan air matanya saat melihat tubuh kekar yang bagai malaikat dalam hidupnya terbujur kaku di ruang tamu terbungkus kain kafan. Bahkan ia tak merasakan lagi bahwa ia sedang berpijak di bumi.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah Ali tetap mengikuti pertandingan selanjutnya sementara ayahnya meninggal dan tak ada yang menjadi tulang punggung keluarga?
Nantikan kisah selanjutnya di Lapangan Impian SERIES 4







               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar