Rabu, 07 Januari 2015

cerpen


 Lapanga n Impian SERIES 4
                Usai pemakaman ibu Ali berbisik pada coach Aldi. Tak lama setelah itu mereka menjauh dari makam ayah Ali. Entah apa yang mereka bicarakan, mereka nampak serius sekali.
Ali terus saja menyalahkan diri sendiri di depan makam ayahnya. Sekelebat kenangan masa kecilnya terlintas. Saat-saat dimana ayahnya mengajarinya bermain bola di depan rumahnya. Dan yang paling membekas dihati adalah saat ayahnya memberikannya sepatu baru. Sampai ia tak menyadari hari itu sudah siang dan semua yang hadir di pemakaman sudah banyak yang pulang, kecuali sanak saudaranya. Anya terus menangis di samping Ali. Mereka baru mau pulang saat ibu Ali memaksanya untuk pulang.
“ Li saya harus kembali ke Tangerang sekarang”, ucap coach Aldi sambil menepuk pundak Ali
Ali hanya diam saja, pikirannya masih tak karuan. Hingga ia tersadar seharusnya ia juga harus pulang ke Tangerang bersama coach Aldi. Ali pun berlari keluar mengejar coach Aldi yang sedang berpamitan dengan ibunya.
“ Coach bagaimana dengan saya?”, tanya Ali dengan nafas tersengal-sengal.
Namun, coach Aldi diam saja, ia malah menatap ibu Ali.
“ Kamu bisa kembali berlatih kapan saja kamu mau, tapi untuk saat ini saya cuma pesan tiket kereta satu”
Ali hanya mengangguk tanda paham. Tapi hatinya bertanya-tanya, apa yang membuat coach Aldi tak membawanya serta. Tak mau ambil pusing Ali segera menuju kamar adiknya karena ia masih saja menangisi kepergian ayahnya.
                Malam ini malam jum’at, malam di mana Timnas Indonesia U16 akan kembali bertanding melawan Timor Leste. Di TV Ali melihat coach Murdi di wawancarai.
“ Ya inilah dia head coach dari Tim Nasional Indonesia usia 16 coach Murdi Utomo. Coach sejauh mana kesiapan anak didik anda saat ini?”
“ Kami sudah berlatih untuk pertandingan kali ini, baik latihan fisik maupun mental. Bisa dikatakan mereka sudah siap untuk pertandingan kali ini, meski kami harus bermain tanpa striker utama kami”.
Wajah Ali seperti terkena tamparan keras saat mendengar jawaban dari coachnya, hingga ia tak memperhatikan jawaban-jawaban berikutnya. Sementara dikamar ibu Ali hanya bisa menangis menyesal mengapa ia melarang coach Aldi membawa kembali Ali. Bahkan ia tak menghiraukan permohonan coach Murdi yang berusaha agar coach Aldi bisa membawa Ali kembali saat di telepon. Ali pun mengganti channelnya, kali ini adalah acara talkshow keluarga Timnas U16. Mereka nampak begitu bangga dengan anak-anaknya terlihat lewat pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh host. Tiba-tiba saja ibu Ali menghambur keluar kamar dan memeluk Ali.
“ Maafkan ibu nak, besok kita akan ke Tangerang”
“ Tapi bu, aku gak kembali juga gak papa. Sekarang aku harus kerja gantiin bapak”
“Udah pokoknya kamu harus kembali”
********
                Hari ini Ali bersama keluarga kecilnya berangkat ke Tangerang.  Rasa sedih mereka sedikit berkurang. Karena hari ini mereka akan mengantarkan Ali kembali memakai baju Timnas. 
                Sesampainya di lokasi latihan Ali langsung menuju ke lapangan. Semua yang latihan langsung berhenti melihat kedatangan Ali. Pepep yang notabene adalah teman dekat Ali langsung berlari memeluk Ali.
“ Loe yang sabar ya Li”
“ Eh sejak si Pepep pake loe gue”, seru Ali sambil tertawa
Tak ketinggalan yang lain juga ikut mengucapkan belasugkawa pada Ali. Sementara ibunya menghampiri coach Murdi yang ada di pinggir lapangan.
“ Saya minta maaf telah melarang Ali untuk kembali kemaren, saya sangat keterlaluan”
“ Tak apa-apa bu, lagian tanpa Ali kami masih bisa mengalahkan tim lawan”
“ Tapi saya tidak ingin menghancurkan mimpi anak saya”
“ Lalu?”, tanya coach Murdi
“ Apa boleh Ali kembali lagi?”
“ Tidak bisa bu, ini Tim Nasional jadi tidak bisa mengeluar masukka anak semaunya”
“ Begitu”,dengan wajah kecewa ibu Ali memegang tangan Anya
“Maksud saya, saya tidak bisa menolak anak berbakat seperti Ali”
Ibu Ali langsung sujud syukur dan memeluk Anya. Coach Murdi pun tersenyum pada Ali yang tak sengaja berpapasan mata.
*********
                Sejak hari itu Ali kembali menjadi skuad Tim Nasional. Ia bermain dengan apik di kualifikasi piala AFF. Hingga akhirnya ia dan timnya lolos kualifikasi. Dan tentunya bermain di lapangan impian sudah menjadi hal biasa. Namun tetap tak biasa bagi Ali. Ketika ia bertanding dan mendongakkan matanya ke atas ia seakan melihat ayahnya tersenyum. Semangatnya pun semakin menggebu-gebu. Teman-temannya pun terinspirasi dari Ali. Bagaimana seorang pemain sepakbola yang baru saja kehilangan ayahnya memiliki semangat yang luar biasa. Dengan semangat itulah mereka berkeliling lapangan Vietnam sambil mengibarkan bendera merah putih dan mengangkat piala AFF. Mereka berhasil memenangkan piala AFF tahun ini.